“Mari berbicara lewat foto”, demikian narasi pembuka pada komunitas
Kampret (Kompasianer Hobi Jepret) di Facebook. Sepintas membaca kalimat ini,
terasa ambigu. “Masak sih, kita bisa berkomunikasi dengan foto?” sanggah saya
tapi dalam batin saja.
Terpancing dengan statemen itu, lalu saya ingat dengan apa
yang diajarkan oleh dosen Filsafat Antropologi ketika saya masih kuliah. “Semua
ciptaan Tuhan, bisa diajak bicara. Hanya kualitas bicaranya tidak masif dan
bergradasi secara intens. Manusia...