kembali aku berdiri di atas dermaga
pada senja itu perahu-perahu mulai menderu
kembali mesin dihidupkan untuk berlayar
pada ombak dan karang, yang diarungi
kutatap cakrawala memerah pada garis bumi
di antara langit dan laut terbentang kisah
kutatap desah yang tak kesampaian saat lengah
pada lelah perjalanan mengisi ruang batin
“adinda, naiklah perahu itu dan jangan risi
pada ombak dan karang yang menghadang
adinda, pada layar putih perahu yang membentang
ada asa yang menjala rembulan sunyi”
aku dan adinda adalah nyanyian ombak dan karang
merdu terdengar di antara jejak perahu
aku dan dan adinda adalah nyanyian ombak dan karang
yang setiap pagi terdengar lewat jendela hati
“adinda, naiklah perahu itu dan jangan risi
pada jejak perahunya yang tergulung ombak
karena aku tahu hatimu tulus dan suci
melantunkan nyanyian ombak dan karang kita”
aku masih berdiri di atas demaga sendiri
mengumpulkan sunyi buat adinda agar esok tetap ada
lagu yang adinda nyanyikan itu ada di ruang batin
antara ketulusan dan kejujuran pada kasih
“selamat malam adinda”
(2011)
0 komentar:
Posting Komentar