Pelaksanaan Ujian Nasional 2012 hari ketiga berjalan aman dan terkendali di sekolah-sekolah Sulawesi Utara. Tapi, Ujian Nasional kal ini tak luput dari sorotan kritis para pakar dan pemerhati pendidikan. Yang mulai ramai dibahas adalah tentang kriteria kelulusan siswa.
“UN bukan penentu kelulusan siswa. Yang menentukan siswa itu
lulus adalah sekolah yang bersangkutan ditambah hasil UN. Perbandingannya 60
persen UN dan 40 persen Sekolah” demikian komentar Marhany Pua, anggota DPD RI
ketika meninjau pelaksanaan UN di SMA Lokon, hari Senin yang lalu. Dalam
“sidak” itu Marhany Pua didampingi Plt. Walikota Tomohon, Jimmy F Eman SE Ak,
serta para pejabat Pemkot lainnya.
Di pihak lain, Komisi III DPRD Kotamobagu, bidang pendidikan
mempertanyakan KepMenDikNas No 59 tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Ujian
Nasional. “Porsi kelulusan itu tidak proporsional dan bias. Bisa jadi siswa
yang suka mbolos, berperilaku tidak baik, bisa lulus hanya dengan mengikuti UN”
ungkap Agus Supriyanto, anggota DPRD Kotamobagu. Ia justru mengusulkan agar
dibalik saja. 60% Sekolah dan 40% UN. Alasannya, yang tahu persis perkembangan
karakter dan intelektual siswa adalah sekolah.
“Jika proporsi 60-40 itu tetap diberlakukan, maka apa yang
dikeluhkan oleh orang tua bahwa belajar tiga tahun di sekolah hanya ditentukan
dalam waktu 4 hari itu memang bukan isapan jempol saja” tambah Agus S, salah
satu nggota Komisi III DPRD itu.
Sementara itu, penyelenggaraan UN di hari kedua dan ketiga
ini berjalan lebih lancar daripada hari pertama. Bahkan, Wakil Gubenur Sulut,
Dr. Djouhari Kasnil MPd, berjanji akan memberikan penghargaan bagi siswa yang
meraih nilai terbaik di UN 2012 ini. “Kalau dulu berupa bea siswa, kali ini
diupayakan dalam bentuk lain”, kata Kadis Diknas Sulut, Drs Star J. Wowor Msi menegaskan
soal apresiasi pemerintah terhadap siswa berpretasi dalam UN.
Janji memberikan pernghargaan kepada siswa terbaik dan
pernyataan UN bukan penentu kelulusan siswa ditanggapi oleh pihak sekolah
sebagai hal biasa-biiasa saja. “Sama seperti tahun lalu juga begitu. Seharusnya
sekolah pun juga mendapat penghargaan jika ada siswanya yang berprestasi” kata
Tommy salah satu panitia lokal UN ketika ngobrol bersama saya di saat jam
istirahat.
Kami ngobrol sebenarnya untuk membicarakan acara Character
Building untu kelas X, setelah usai UN ini. Tetapi obrolan saya dengan Tommy
dan Christ melebar hingga sampai pada cerita tentang pelaksanaan UN.
Intinya diakui bahwa detik-detik menjelang UN telah beredar
kunci jawaban soal UN yang disebarkan secara berjemaah lewat SMS dan diterima
oleh siswa peserta ujian. SMS jawaban soal UN itu makin meyakinkan saya tentang
cerita ditemukannya sobekan kertas di toilet yang berisi kunci jawaban di
sekolah lain.
Hingga sekarang, hal itu masih misteri siapa yang
menyebarkan. Ada berita bahwa polisi akan melacak oknum pengedar jawaban itu
dengan bantuan provider yang dipakai untuk SMS. Kehendak baik aparat itu
membuat senang hati para guru. “Masak harga kunci jawaban itu katanya dibandrol
hingga 7 juta rupiah per mata pelajaran” katanya penuh emosi.
Upaya pemerintah untuk meminimalisir kecurangan yang
dilakukan siswa dan mengedepankan kejujuran pengawas dan siswa, disambut
positif oleh berbagai pihak. Termasuk keterlibatan polisi dalam upaya
mengamankan, terutama mengawal naskah ujian hingga aman sampai di sekolah,
sungguh melegakan para guru karena mengutamakan nilai-nilai kejujuran.
Ketika disinggung soal tradisi 100% lulus dengan cara lima
paket soal tadi, teman saya hanya berharap semoga masih bisa mempertahankan
tradisi 100% lulus.
Tercatat jumlah peserta ujian tahun ini di Sulut ada
sebanyak 15.744 siswa SMA, 962 siswa MA dan 11.992 SMK. (Sumber Diknas
Propinsi).
0 komentar:
Posting Komentar