Siang tadi sekitar pukul 11.25 wita, kembali letusan Gunung Lokon menggetarkan kaca-kaca di kantor. Saat itu saya sedang mengetik bahan untuk acara Character Building siswa SMA. Begitu mendengar suara dentuman keras dua kali dan derik getaran kaca, saya dan teman-teman langsung ke luar kantor dan mencari tempat untuk melihat abu vulkanik yang dikeluarkan dari kawah Tompaluan Gunung Lokon.
Tapi semua kecewa. Semburan awan hitam pekat ke udara tak
kelihatan dalam jarak mata memandang. Awan tebal sudah menyelimuti lebih
dahulu. Tak hanya itu, posisi halaman kantor yang berada di pintu masuk Bukit
Doa sebelah Selatan kurang ideal untuk “menonton” Gunung Lokon meletus. Rumah
penduduk dan pepohonan menghalangi pandangan kami. Posisi ini berbeda dengan
spot di atas, tempat biasa saya mengambil foto aktivitas Gunung Lokon.
Baru sekitar 10 menit kemudian tampak dari lubang kawah, abu
vulkanik masih terlihat menyembur ke udara. Sementara itu tersiar kabar bahwa
di daerah KInilow, yang jaraknya kurang dari 2 km dari kawah, turun hujan.
Masyarakat bilang “hujang pece”, yaitu bercampurnya debu vulkanik dengan air
hujan sehingga membuat halaman rumah dan atap-atapmya “becek”, atau berlumpur.
“Itu bahaya kalau kena mata” kata Pikal sepulang mengantar
salah satu Ibu cleaning service yang rumahnya di Kinilow. Ibu ini pulang karena
mendapat telpon dari rumah yang mengabarkan bahwa hujan abu telah menimpa atap
dan halaman rumah. “Tak sedikit kendaraan yang di parkir di halaman rumah, jadi
kotor terkena hujan abu” lanjut Pikal bercerita kepada kami.
Letusan siang ini, memang sudah diprediksi oleh Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) seperti yang disampaikan oleh
Pak Surono. Sejak Senin 23/4/2012
terjadi 50 kali gempa tremor di Gunung Lokon. Dikatakan, gempa ini meliputi
gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa hembusan, dan gempa kecil lainnya. Peringatan
dini sudah disampaikan oleh Badan Penanggulang Bencana Kota Tomohon lewat media
cetak dan radio. Sejak Senin status Gunung Lokon Siaga sehingga masyarakat
harus waspada tanpa perlu ada pengungsian.
Pasca letusan tadi belum terdengan adanya korban. Namun
diperkiraan masyarakat di daerah rawan bencana selamat karena abu vulkanik
“dipaksa” turun oleh hujan di daerah Kinilow yang posisinya berada di sebelah
Barat dari kawah. Akibatnya daerah
Patar, Kinilow, Kakaskasen terkena dampak hujan abu. Aktifitas berkebun pun sempat berhenti
sejenak di sekitar kaki Gunung Lokon.
Saya dan teman-teman kantor berada di kaki Gunung Mahawu,
yang masuk wilayah Kaskasen II, Tomohon Utara, merasa bersyukur karena tidak
kena hujan abu. “Hanya yang berjarak 2,5 km yang terkena. Kita kan ada di
sekitar 5 km dari kawah Gunung Lokon”, kata teman saya dengan tenangnya.
“Turunnya hujan memang melegakan hati semua pihak. Abu
vulkanik yang terpancar ke udara seakan tertahan oleh hujan. Kendati demikian
pengguna ruas jalan Tomohon ke Manado harus ekstra hati-hati di sekitar
Kinilow.” demikian himbauan disampaikan oleh pihak keamanan. Pengumuman ini
sekaligus mengantispasi kepanikan masyatakat yang berhamburan keluar rumah.
Masker sudah disiapkan oleh pemerintah untuk mencegah terjadi penyakit sesak
napas akibat dari letusan itu.
Saat tulisan ini saya buat, cuaca di sebagian kota Tomohon
diliputi mendung dan habis turun hujan. Saya sempat menengok lubang kawah dari
bukit di sekitar saya dan tampak hanya asap putih keluar dari lubang. Itu
tandanya sudah normal kembali.
0 komentar:
Posting Komentar