Kuliner Manado: Ikang Mujaer, Rasa Kerapu




Sekali lagi tentang wisata kuliner di Manado. Saya yakin, di antara kita ada yang suka makan masakan Manado. Rasa pedasnya yang nendang dan cita rasa rempah-rempahnya yang menggoyang lidah, tak mudah untuk dilupakan dalam ingatan dan kenangan. Makin sering makan asupan khas Manado ini, makin ketagihan dibuatnya.

Saya sendiri, hampir tujuh tahun lamanya tinggal di daerah Minahasa, selalu merasa kurang kalau makan tanpa ada rasa pedasnya. Alih-alih pohon rica (cabe) di kobong (kebun), bisa ludes saya petik setiap kali menyantap hidangan. Tak terkecuali saat makan pisang atau ubi goreng. Keterlaluan ya? Ah, nggaklah fakta memang begitu kok.

Yang membuat saya heran, untuk  menyebut lauk pauk pada Minahasa Food (sebutan ini lebih populer di lokalan daripada Masakan Manado) adalah “ikang”. Jadi, bukan aneh, kalau ada yang ba tanya, “Depe ikang apa kang?” Maksudnya, lauknya apa ya?

Dalam khasanah kuliner Minahasa Food,  orang sudah terbiasa menyebut lauk itu dengan sebutan Ikang. Karena itu ada ikang Ayam, Ikang Telur, Ikang Sapi, Ikang Babi Utang, Ikang Laut, Ikang Mujaer, dan lain sebagainya.  Kalau ikang itu sudah dimasak, maka namanya menjadi Ikang Mujaer Woku, Ikang Mujaer Tore, Ikang Mujaer Buluh, Ikang Mujaer bakar dan seterusnya sesuai dengan jenis masakannya.

Kuliner ikang mujaer, memang sangat populer dan memasyarakat. Ikan mujaer selain dijadikan lauk makan sehari-hari, juga dijual di warung makan sederhana, restoran atau rumah makan terapung. Begitu populernya ikan mujaer, banyak rumah makan di jalur wisata ke Bitung, Tomohon, Tondano atau Amurang, menawarkan ikan mujaer dalam berbagai jenis masakan.



Lalu, apa istimewanya makan ikan mujaer Manado? Bukankah sama saja dengan ikan mujaer di jawa, Sumatera atau di pulau-pulau lain? Menurut saya ada bedanya. Ikan mujaer ala Manado ini, rata-rata dijual dalam ukuran besar dan dagingnya tebal.

Saya lebih suka ikan mujaer dibakar daripada digoreng tore-tore (garing) atau dipepes. Alasan saya, kalau dibakar dagingnya terasa seperti makan ikan kerapu laut. Warna dagingnya putih pulen (kenyal). Di lidah, terasa manis dan tidak bau tanah atau bau pelet, dikunyah terasa kenyal empuk. Jika dicocol dengan rica atau dabu-dabu, waduhhh nendang sekali. Jangan heran kalau nasi yang masih panas mengepul , bisa kandas dibuatnya. Pokoknya, nak nan (enak tenan).

Popularitas ikang mujaer ini membuat harga ikan jenis mujaer ini stabil dan cenderung menguntungkan bagi para petani ikan setempat. Satu kilo ikan mujaher, rata-rat a berisi 3-4 ekor, bisa dihargai Rp. 25.000,- Tapi, di rumah makan terapung, seperti di pinggiran Danau Tondano, satu ekor ikan bakar siap saji ukuran sedang, anda harus merogoh kocek anda sekitar Rp. 25.000,- per porsi sudah dengan rica dan dabu-dabu.



Soal ikang mujaer itu, ada kisahnya. “Bu Vita, seminggu berapa kali ibu memasok ikan mujaer ke asrama?” tanya saya kepada salah satu petani ikan mujaer yang mempunyai kolam ikan di Laikit, Minahasa Utara, kampung halamannya.

“Seminggu satu kali”, jawabnya.  “Satu kali setor, 500 ekor dengan total berat 125 kg. 1 kg dihargai Rp 21.000,- Harga bisa naik tergantung pasar. Harga paling mahal terjadi pada saat jelang Natal dan Tahun Baru. Kalau beli di pasar tradisional, 1 kg bisa mencapai Rp. 25.000,- dengan catatan 1kg jumlahnya 3 ekor.” lanjut bu Vita.

Di kampung halamannya, ia mempunyai 9 telaga (kolam) besar, yang luasnya kalau di total mencapai 2 hektar lebih. Ada 3 karyawan yang mengelola kolam ikannya, sehingga  sampai sekarang mampu mencukupi kebutuhan pasar dan konsumen.

Sementara itu, di restoran sea food yang berjajar sipenajang pantai Malalayang Manado, harga per porsi ikan Kerapu siap saji, apalagi jenis ikan kerapu tikus, tidak murah dan ini sesuai dengan kelezatannya. Konon mahalnya ikan kerapu disebabkan habitat ikan ini lebih banyak di dasar laut. Susahnya mendapatkan ikan kerapu, tentunya mempengaruhi harga jual ikan tersebut. Selain mahal karena alasan habitatnya, ikan kerapu banyak diburu oleh para penggemar makanan sea food. 

Sedangkan, ikan mujaer  adalah ikang (lauk pauk) keseharian orang Manado dan sekitarnya. Budi daya ikan ini mulai menjamur di lokasi-lokasi yang memiliki sumber air bersih, seperti Danau Tondano, Sonder, Sea, Air Madidi, Laikit, Tomohon. Uniknya, meski ikan mujaer itu dikonsumsi  setiap hari,  tidak pernah mengalami kekurangan sedikit pun. Itulah sebabnya, iakan mujaer rasanya manis dan ukurannya besar karena habitatnya di kolam yang airnya mengalir dan bersih.

Memang, ikan mujaer menjadi sebuah peluang wirausaha yang menggiurkan.  Tak kalah dengan ikan kerapu. Namun, yang paling menggiurkan adalah menyantap satu ekor ikan mujaer bakar rica dengan nasi yang masih hangat mengepul.  Waduh, sadap butul ikang ini…..

2 komentar:

artikel dan foto-fotonya keren keren boss.. Terimakasih infonya

Informasinya sangat menarik. Nice info. Thx :)

Posting Komentar